Menjadikan anak yang berhasil dan sukses, tentu menjadi impian para orang tua. Di sisi lain, orang tua kerap luput menyadari bahwa anak-anak memiliki minat dan bakatnya sendiri. Terkadang, yang terjadi dalam masa tumbuh kembang anak, orang tua terlalu memaksakan kehendak mereka pada anak.
Hal tersebut selaras dengan hasil penelitian yang dilakukan Anchor Boneeto tentang sikap, perilaku, aspirasi, dan figur panutan anak sekolah dasar antara usia 7-12 tahun di Indonesia.
Penelitian berjudul Understanding Indonesian Kids itu mengungkap fakta bahwa anak-anak Indonesia cenderung dibesarkan dengan keterbatasan sosial.
Mereka mendapatkan tekanan sosial, punya keterbatasan bermain di luar rumah, dan semata-mata fokus pada pencapaian akademis sehingga menghambat pertumbuhan bakatnya.
Di sisi lain, penelitian tersebut juga mengungkap pola asuh di Indonesia yang cenderung tradisional, masih membatasi anak beradaptasi di dunia modern. Imbasnya, hal itu bisa menghambat perkembangan minat dan bakat anak.
Padahal, menurut Dokter Spesialis Anak Konsultan Tumbuh Kembang Soedjatmiko, anak-anak sekolah dasar di antara usia 7-12 tahun mengalami proses transformasi yang paling intens dalam hidupnya.
“Pada tahap ini, anak-anak sedang dalam tahap mengembangkan kemampuan dan pengetahuan yang baru seiring dengan pertumbuhan fisik mereka,” sebutnya dalam acara peluncuran kampanye 'Tumbuh Aktif, Temukan Hebatmu’ di The Ice Palace, Lotte Shopping Avenue, Jakarta, Rabu (13/4).
Di kesempatan yang sama, Psikolog Pendidikan Dr. Lucia RM Royanto, menjelaskan bahwa anak-anak berusia 7-12 tahun memiliki minat dan bakat besar dalam aspek kognitif, sosial, emosional dan fisik.
"Kemampuan berpikir mereka dapat diasah melalui stimulasi serta pengaruh dari lingkungan sekitar. Ini adalah periode transformasi yang sensitif," ujar Lucia kepadaCNNIndonesia.com.
Dia menambahkan bahwa pada tahap ini, sebagian besar anak Indonesia dibesarkan dengan pola asuh yang tradisional. “Dengan kata lain, orang tua masih khawatir dengan adaptasi anak di dunia modern dan mereka fokus pada pencapaian akademis di sekolah,” tutur Lucia, yang menambahkan itu bisa membatasi keinginan dan kebutuhan anak untuk bereksplorasi.
“Padahal, kemampuan seorang anak untuk berkembang akan membawa mereka ke berbagai pengalaman sebagai dasar yang kuat untuk menggapai minat dan bakat mereka di masa depan.”
Oleh karena itu, Lucia pun berbagi tips pola pengasuhan anak guna menggapai minat dan bakat alami mereka. “Ini adalah peranan bersama antara orangtua dan pendidik di sekolah. Hal ini untuk menjadikan anak-anak sebagai seseorang yang spesial melalui caranya sendiri,” kata dia.
Selain itu langkah lain yang dapat dilakukan orang tua adalah menjadi guru dan psikolog terbaik bagi anak, karena orang tua lah yang bertemu anak setiap harinya. Kemudian orangtua harus dapat menggerakkan dan memperkuat kemampuan berpikir anak, serta membekalinya dengan kepercayaan diri.
"Harus menjadi model yang baik, contoh bahwa mengajarkan anak itu 'do as I do’, bukan ‘do as I say’,” ujar Lucia.
Selain itu, yang terpenting menurut Lucia adalah bagaimana orangtua tidak memaksakan kehendak mereka terhadap pengembangan anak.
"Kalau memaksakan akan membuat anak tidak bahagia. Orangtua harus memahami, masa depan anak itu, masa depan sendiri jadi biarkan mereka memilih dengan pengawasan. Jika berlebihan orang tua bisa membatasi. Membatasi bukan melarang," sebut Lucia. (les)
Penulis: Agniya Khoiri, CNN Indonesia