BACKPACKER, FLASHPACKER, OR TOURIST?

Kita tentu mengenal atau setidaknya pernah mendengar istilah backpacker dan turis. Namun, bagaimana dengan istilah flashpacker? Harap dipahami bahawa tulisan ini bukan ingin membandingkan, mendiskreditkan, menghilangkan respek, mengkotak-kotakkan, bahkan menghakimi cara dan tipe travelers, karena masing-masing travelers, apa dan bagaimanapun gaya serta cara traveling-nya, tetap memiliki ciri dan keunikan tersendiri. Namun, tidak ada salahnya mengenal istilah-istilah tipe travelers yang banyak dipergunakan untuk menambah pengetahuan dan perbendaharaan kosa kata di dunia traveling. Apa dan bagaimana sebenarnya perbedaan dari ketiganya? Let’s find out!

Backpacker
Tipe backpacker adalah tipe penikmat liburan dengan budget yang minimalis tapi (mengharapkan) hasil liburan yang maksimal. Maksimal di sini adalah kepuasan batin yang sebesar-besarnya di mana mereka bisa mengeksplorasi daerah yang dikunjungi yang mungkin tidak terjamah oleh para penikmat liburan tipe yang lain. Tidak salah memang, “Jika ada yang lebih murah, kenapaharus bayar lebih mahal?”. Biasanya mereka merupakan independent travelers (berwisata secara individu). Tipe ini mungkin bisa diasosiasikan dengan “liburan blusukan” … Kenapa “blusukan“? Yup! seperti blusukan nya Presiden Jokowi yang turun ke daerah-daerah, mereka tidak segan-segan menyapa penduduk sampai ke gang-gang, mencari tahu secara detil karakteristik destinasi yang mereka kunjungi. Meraka tidak hanya mengandalkan perburuan tiket pesawat murah saja, tapi mereka pun senantiasa menekan anggarannya dengan menggunakan transportasi umum, menginap di hostel bersama dengan para backpacker lain (siapa tahu bisa menemukan travel partnerdisana!) atau bahkan menginap di rumah penduduk (entah berupa live-in atau teman yang didapat dari jejaring sosial seperti Couchsurfing). Tidak hanya itu, liburan pun diisi dengan berpetualang, mengeksplorasi daerah yang dikunjungi  dari wisata kuliner tepi jalan sampai mencari tahu apa budaya dan kegiatan yang biasanya penduduk lokal lakukan. Mendengar kata backpacker kita langsung membayangkan gambaran orang-orang liburan dengan tas carrier (backpackgede yang dipanggul di punggung, dan kamera SLR tergantung di leher.
Esensi backpacker tidak hanya sekedar ransel, karena para backpacker mengajarkan kepada kita bahwa jalan-jalan dan berwisata itu tidak selalu identik dengan kata mahal dan mewah :)

Turis
Sebenarnya kata turis (eng. tourist) sendiri berasal dari tourism yang berarti berpergian untuk tujuan rekreasi. Jika tourism adalah aktivitas perjalanannya, makanya tourist adalah orang melakukan aktivitas tersebut. Namun seiring berkembangnya dunia pariwisata, teknologi, dan bahasa, kata turis sendiri sekarang sepertinya sudah bergeser dari etimologi semula. Jika dulu, semua orang yang melakukan aktivitas perjalanan untuk tujuan rekreasi disebut turis, sekarang kata turis lebih diasosiasikan dengan orang atau sekelompok orang yang melakukan perjalanan tetapi dengan embel-embel kenyamanan (bahkan mungkin kemewahan). Di kalangan penikmat liburan sendiri, kadang-kadang sering terdengar ejekan atau sindiran: “turis banget sih lo.. !!”, ejekan atau sindiran ini biasanya ditujukan untuk orang-orang yang ingin berlibur namun denganbudget yang (lumayan) tinggi, (mungkin) enggan berbaur, bahkan ingin (selalu) dilayani (karena sudah merasa membayar dengan harga yang maksimal).
Penikmat liburan jenis ini, sering kali disebut “poshpacker” dan semua perjalanan mereka sudah diatur oleh biro perjalanan (bahkan mungkin mengatur biro perjalanan). Ciri poshpacking adalah salah satunya (catat: walaupun gak semuanya seperti itu) terlihat dari barang bawaan yang lumayan banyak, ribet, dan biasanya pakai jasa porter
Namun, jangan salah, tidak semua turis adalah poshpacker yang selalu identik dengan one step service, karena bisa jadi alasan-alasan berikut ini membuat mereka lebih  nyaman memiliki predikat sebagai turis (dengan etimologi yang telah bergeser):
  • Tidak punya waktu banyak untuk eksplorasi
  • Ingin mengunjungi destinasi yang cukup banyak dengan waktu yang sempit
  • Kendala bahasa sehingga sulit berkomunikasi apalagi berinteraksi dengan masyarakat lokal
  • Faktor usia yang membuat mereka memilih berpergian dengan tipe ini karena fisik yang sudah tidak terlalu kuat
  • Takut nyasar
  • Hanya ingin tahu secara garis besar dan tidak merasa perlu untuk blusukan lebih jauh
  • Tidak terbiasa berpergian secara mandiri sehingga lebih nyaman pergi bersama grup yang telah diatur secara detil agenda perjalananya
  • Memiliki budget lebih atau bahkan berlebihan
Jadi, jangan buru-buru menghakimi kalo travelers tipe ini merupakan travelers manja atau bahkan sok kaya, karena tidak semuanya seperti itu :)

Flashpacker
Tipe ini sering kali dikatakan tipe ideal para penikmat liburan. Biasanya tipe ini berupa group kecil atau bisa juga independent travelers. Sebenarnya kata “flashpacker” sendiri merupakan istilah baru yang mengisi “celah” besar antara tipe backpacker dan poshpacker. Flashpacker terkadang juga bisa berprilaku seperti backpacker namun terkadang pada suatu keadaan masuk ke dalam tipeposhpacker. Ia bisa membawa ransel besar seperti backpacker, namun bisa juga membawa koper besar seperti poshpacker. Ia tidak melulu mengandalkan budget yang minimal seperti backpacker atau berharap mendapat servis maksimal seperti poshpacker. Terkadang penikmat tipe ini juga mengandalkan biro perjalanan untuk mengatur perjalanannya, namun tidak semua agenda perjalanannya mengandalkan servis yang diurus biro tersebut. Tipe ini dengan sengaja melonggarkan atau mengosongkan jadwal pada hari-hari atau jam-jam terentu untuk exploresendiri atau bahkan berpetualang sendiri. Untuk kota-kota besar yang dianggapnya membutuhkan dana yang lebih besar, ia tak segan-segan menginap di hostal, namun di kota yang lebih kecil, yang lebih murah, ia juga bisa menginap di hotel berbintang asal masih masuk budget. Tipe ini tidak melulu menganut murah meriah dan penekanan anggaran, namun juga memperhatikan kenyamanan, kemudahan, dan tentu saja pengalaman dari suatu perjalanan
Tipe ini memang mengisi celah besar yang ditimbulkan oleh dua tipe lain yang telah dipaparkan diatas, oleh karena itu bagi yang ingin berpergian, berwisata, atau jalan-jalan dengan gayaflashpacker harus juga memperhatikan hal-hal berikut ini:
  • Jangan selalu mengandalkan internet. Bawa peta (bisa minta peta di hotel atau tourism office) jika ingin lebih bereksplorasi. Peta terkadang lebih efisien dan efektif daripada internet yang mengdalkan kecepatan koneksi dan high-tech gadget ketika melakukan blusukan
  • Jangan berpergian sendirian tanpa mengetahui informasi yang jelas mengenai destinasi yang dituju. Minimal harus tahu jadwal dan tipe transportasi umum yang akan digunakan serta karakteristik destinasi secara garis besar (misalnya jangan salah kostum atau jangan salah berperilaku).
  • Sisihkan uang lebih untuk perjalanan diluar agenda yang telah disepakati, namun jangan sampai “besar pasak daripada tiang”
  • Jika ingin memisahkan diri dari grup, komunikasikan secara detil dan jelas sehingga tidak ada salah komunikasi antar group members
  • Jangan sampai berantem atau adu mulut dengan group members karena pada saat di tengah-tengah perjalanan ada pemaksaan kehendak dan pengubahan rute secara sepihak.
Yang perlu diingat, memang secara teori flashpacker ini kelihatannya berada di tengah-tengah antara backpacker dan turis (baca: ideal), namun bukan berarti 2 tipe lainnya secara praktis tidak ideal karena pada akhirnya praktiknyalah yang menentukan apakah seseorang bisa merasa nyaman berpergian sebagai travelers backpacker, turis, atau flashpacker. Dan, tidak ada yang kesalahan atau pembenaran jika harus memilih 1 diantara 3 tipe diatas. Jadi pilihlah sesuai dengan karakter, kondisi, situasi, dan idelisme masing-masing individu.
HAPPY TRAVELING!
Sumber: http://filokaliatour.com/2013/01/13/backpacker-flashpacker-atau-turis/
Image: http://kate-on-the-lake.blogspot.com/2013/02/be-traveler-not-tourist.html

Comments
0 Comments

0 comments:

Post a Comment